Gunungkidul, Suaradjogja.co, -- Bupati Gunungkidul, H. Sunaryanta, mengapresiasi semangat para warga penghayat, sebab sampai saat ini mereka masih memegang teguh tradisi dan budaya peninggalan nenek moyang dan mengajarkan pada generasi penerus.
“Sudah lama saya menantikan momentum seperti ini bertemu dengan saudara saya warga penghayat," kata Sunaryanta mengawali sambutanya.
Ungkapan apresiasi tersebut disampaikan pada acara gelar dialog dengan puluhan warga penghayat kepercayaan, bersama dinas kebudayaan Gunungkidul, di Joglo TBG, Rabu (21/8/2024).
Ucapan terimakasih pun disampaikan kepada warga penghayat yang tergabung dalam beberapa aliran kepercayaan terus melestarikan budaya hingga sampai regenerasi kepada anak cucu di Bumi Handayani.
"Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sangat terbuka untuk bapak ibu semua," kata Sunaryanta.
Dalam dialog bupati mendapat banyak curhatan salah satunya kekawatiran yang dihadapi masyarakat penghayat tentang pendidikan. Namun bupati menjamin tidak akan ada diskriminasi di Gunungkidul.
"Disini ada Dinas Pendidikan saya menjamin tidak akan ada diskriminasi, semua warga negara memiliki hak yang sama," tegas pensiunan TNI AD tersebut.
Selain menjamin hak dan perlakuan yang sama bagi penghayat kepercayaan, yang mana hal itu sudah dijamin oleh Undang-Undang, termasuk kegiatan beribadah.
"Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memberikan kebebasan untuk beribadah, karena secara undang-undang dilindungi dan mempunyai kesempatan dan hak yang sama untuk bisa beribadah sesuai kepercayaan masing-masing,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkudul Agus Mantara mengatakan ada empat penghayat yang hadir dalam sarasehan tersebut diantaranya Pransoeh, Sumarah, Palang Putih Nusantara (PPN) dan Mardi Santosaning Budi (MSB).
"Penghayat ini urut berperan penting dalam upaya pelestarian, pembinaan dan pengembangan kebudayaan di Kabupaten Gunungkidul," kata Mantara.
Sementara Ketua Majelia Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Suroso mengatakan, di Gunungkisul ada 5 paguyuban yanh dipayungi MLKI meliputi Palang Putih Nusantara, Sumarah, Mardi Santosa Ning Budi, Pransoeh, Mardi Santosaning Budi dan Kodrating Pangeran.
"Kami selalu hidup berdampingan dan tidak pernah ada gesekan," katanya.
Suroso mengatakan, bahwa aliran kepercayaan penghayat merupakan pegangan hidup dan budaya harus terus dilestarikan dan dikembangkan. Upaya pelestarian adat dan tradisi merupakan salah satu tugas pokok dari MLKI.
"Adab, budi pekerti serta nilai-nilai hidup yang luhur tidak lagi diajarkan. Oleh karena Itu budaya ini tidak hanya harus kita lestarikan, tapi harus terus kita kembangkan,” pungkasnya.
Sumber: KominfoGK/Yani
(Redaksi)
0 Komentar